SARIATER VS IMAH SENIMAN
Kelompok saya diberi tugas untuk mencari data base
venue-venue di bandung, kamipun membagi tugas dan mendapoatkan bagian, venue
outbound.. Setelah di bagi tugas, kamipun pergi kesariater.
SARIATER
saya bersama teman saya pergi pada siang hari ke sariater
dengan motor. Saya berangkat pada pukul 12.00. dengan motor. Karena perjalanan
yang cukup jauh dan kamipun terkena hujan + macet. Kamipun sampai pukul 15.00.
setelah sampai di lokasi, kamipun di sambut dengan preman
sekitar yang menawarkan villa-villa rumah sekitar. Yang saya heran kemana
perginya security/ pengaman daerah setempat? Sayapun mengabaikannya hingga saya
bertemu security yang memakai seragam, dengan pelayanan yang seperti freezer,
memang rapih pakaiannya, tapi terlalu kaku dan tidak membuat nyaman kami berdua
karena malahan dia tidak mencerminkan sikap pelayanan. Walaupun kesan pertama
sangat mencerminkan judgement pertama kita.
Kamipun pergi dan masuk ke bagian, marketing kemudian
kami di sambut ‘lagi’ cukup dingin (menurut saya) oleh FO
nya.
‘Selamat siang mbak, bias bertemu dengan bagian marketing ?’
(saya yang memulai PERCAKAPAN)
‘selamat siang mas, dari mana yah mas?’ ucap karyawan
tersebut sambil membuka buku (mungkin buku tamu)
‘dari enhaii mba’
‘sebelumnya sudah buat janji mas?’
‘belum tuh mba’
‘oh, sebentar yah nanti saya hubungi bagian marketingnya,
silahkan tunggu di lobby’
Teman saya pun langsung menuju lobby sedangkan saya menuju
toilet, dan memang sudah seharusnya sariater yang sudah terkenal hingga luar
jawabarat memiliki toilet yang bersih dan rapih.
Ketika kembali untuk ke lobby dan saya agak tergesa-gesa,
karena takut bagian marketingnya telah sampai. Sesampainya di lobby ternyata
belum dating, karena bosan menunggu sayapun membaca majalah yang terletak di
samping kanan meja. Setelah pukul 16.30 sayapun agak marah karena ketika
perjalanan kemari, kami pun rela menembus hujan hingga baju kami cukup basah.
Dan setelah membaca 2 majalah yang berbeda, bagian marketingnyapun belum dating
juga, dan kamipun kembali ke FO untuk menanyakan diman bagian marketingnya.
‘selamat siang mba’ (saya lagi yang memulai greeting)
Siang mas, ada yang bisa saya bantu?’
‘ini kami mba, yang tadi udah kesini, dan di suruh nunggu
marketinya di lobby’
‘darimana yah mas?’
‘dari enhaii mba’ jawab saya menahan rasa kesal
‘ooh, sebentar ya mas. Karyawan yang menjaga FO tadi pun
masuk kedalam ruangan bagian belakang FO, dan ternyata disanalah bagian
marketingnya, dan ternyata si mba itulah yang keluar. Yausdah lah demi tugas
kampus (ucap saya dalam hati). Disanapun kami bertanya-tanya mengenai data-data
yang perlu untuk di Tanya dan karyawan tersebut tidakbisa menjawab semuanya
higga ia menelfon seseorang (mungkin bagian markeeting) untuk dating ke sini.
Dan setelah sampai orang yang sudah berumur 40-an, karyawan yang tadi pun
meninggalkan kami tanpa greeting dan kembali ke bagian FO, disana ternyata
bapa-bapa tua tersebut tidak dapat menjawab komplit dengan alasan ‘saya baru
pindah dari devisi lain’ itu adalah alasan yang paling konyol dari karyawan
pada suatu industry. Kamipuin di beri kartunama atasannya untuk di hubungi.
Kamipun pulang dengan tangan kosong
‘
IMAH SENIMAN
Keesokan harinya kamipun pergi ke imah seniman untuk
mensurvei tugas kami yang selanjutnya. Dengan mengendarai motor hingga kamipun
sampai.
Setelah sampai kamipun di sambut agak kaku dengan penjaga
parir yang berpakaian bebas. Dan memberi tiket untuk bayar di awal. Kamipun di
unjuki front office.
Setelah kami sampai, kamipun menanyakan data-data yang harus
di dapat dan si marketingnya itu terlihat muda tetapi dia menguasai seluruh
materi yang ditanyakan, kamipun di tawari untuk melihat-lihat sambil di guide
oleh karyawan yang bertugas.
Setelah menerima informasi yang di buthkan, kamipun
mendatangi orang yang di maksud tadi dan kamipun meminta info-info yang di
buthkan dan ternyata si pemandunya hafal juga dan bersahabat, sehingga kamipun
nyaman (walaupun ia izin untuk merokok) dan tanpa di bayar. Setelah
berkeliling, kamipun di sambut dengan welcome drink.
Setelah maghrib, kamipun pulang ke kosan masing-masing
dengan hasil yang memuaskan.
KESIMPULAN
Ketenaran sariater membuat kurangnya perhatian di
piranti-piranti kecilnya seperti pelayanan ke konsumen, sedangkan imah seniman
tidak terlalu axis sehingga ia berusaha semaksimal mungkin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar