Kamis, 19 Desember 2013

SARIATER VS IMAH SENIMAN

SARIATER VS IMAH SENIMAN

Kelompok saya diberi tugas untuk mencari data base venue-venue di bandung, kamipun membagi tugas dan mendapoatkan bagian, venue outbound.. Setelah di bagi tugas, kamipun pergi kesariater.
 VS
SARIATER
saya bersama teman saya pergi pada siang hari ke sariater dengan motor. Saya berangkat pada pukul 12.00. dengan motor. Karena perjalanan yang cukup jauh dan kamipun terkena hujan + macet. Kamipun sampai pukul 15.00.
setelah sampai di lokasi, kamipun di sambut dengan preman sekitar yang menawarkan villa-villa rumah sekitar. Yang saya heran kemana perginya security/ pengaman daerah setempat? Sayapun mengabaikannya hingga saya bertemu security yang memakai seragam, dengan pelayanan yang seperti freezer, memang rapih pakaiannya, tapi terlalu kaku dan tidak membuat nyaman kami berdua karena malahan dia tidak mencerminkan sikap pelayanan. Walaupun kesan pertama sangat mencerminkan judgement pertama kita.
Kamipun pergi dan masuk ke bagian, marketing kemudian kami  di sambut  ‘lagi’ cukup dingin (menurut saya) oleh FO nya.
‘Selamat siang mbak, bias bertemu dengan bagian marketing ?’ (saya yang memulai PERCAKAPAN)
‘selamat siang mas, dari mana yah mas?’ ucap karyawan tersebut sambil membuka buku (mungkin buku tamu)
‘dari enhaii mba’
‘sebelumnya sudah buat janji mas?’
‘belum tuh mba’
‘oh, sebentar yah nanti saya hubungi bagian marketingnya, silahkan tunggu di lobby’
Teman saya pun langsung menuju lobby sedangkan saya menuju toilet, dan memang sudah seharusnya sariater yang sudah terkenal hingga luar jawabarat memiliki toilet yang bersih dan rapih.
Ketika kembali untuk ke lobby dan saya agak tergesa-gesa, karena takut bagian marketingnya telah sampai. Sesampainya di lobby ternyata belum dating, karena bosan menunggu sayapun membaca majalah yang terletak di samping kanan meja. Setelah pukul 16.30 sayapun agak marah karena ketika perjalanan kemari, kami pun rela menembus hujan hingga baju kami cukup basah. Dan setelah membaca 2 majalah yang berbeda, bagian marketingnyapun belum dating juga, dan kamipun kembali ke FO untuk menanyakan diman bagian marketingnya.
‘selamat siang mba’ (saya lagi yang memulai greeting)
Siang mas, ada yang bisa saya bantu?’
‘ini kami mba, yang tadi udah kesini, dan di suruh nunggu marketinya di lobby’
‘darimana yah mas?’
‘dari enhaii mba’ jawab saya menahan rasa kesal
‘ooh, sebentar ya mas. Karyawan yang menjaga FO tadi pun masuk kedalam ruangan bagian belakang FO, dan ternyata disanalah bagian marketingnya, dan ternyata si mba itulah yang keluar. Yausdah lah demi tugas kampus (ucap saya dalam hati). Disanapun kami bertanya-tanya mengenai data-data yang perlu untuk di Tanya dan karyawan tersebut tidakbisa menjawab semuanya higga ia menelfon seseorang (mungkin bagian markeeting) untuk dating ke sini. Dan setelah sampai orang yang sudah berumur 40-an, karyawan yang tadi pun meninggalkan kami tanpa greeting dan kembali ke bagian FO, disana ternyata bapa-bapa tua tersebut tidak dapat menjawab komplit dengan alasan ‘saya baru pindah dari devisi lain’ itu adalah alasan yang paling konyol dari karyawan pada suatu industry. Kamipuin di beri kartunama atasannya untuk di hubungi.
Kamipun pulang dengan tangan kosong

IMAH SENIMAN

Keesokan harinya kamipun pergi ke imah seniman untuk mensurvei tugas kami yang selanjutnya. Dengan mengendarai motor hingga kamipun sampai.
Setelah sampai kamipun di sambut agak kaku dengan penjaga parir yang berpakaian bebas. Dan memberi tiket untuk bayar di awal. Kamipun di unjuki front office.
Setelah kami sampai, kamipun menanyakan data-data yang harus di dapat dan si marketingnya itu terlihat muda tetapi dia menguasai seluruh materi yang ditanyakan, kamipun di tawari untuk melihat-lihat sambil di guide oleh karyawan yang bertugas.
Setelah menerima informasi yang di buthkan, kamipun mendatangi orang yang di maksud tadi dan kamipun meminta info-info yang di buthkan dan ternyata si pemandunya hafal juga dan bersahabat, sehingga kamipun nyaman (walaupun ia izin untuk merokok) dan tanpa di bayar. Setelah berkeliling, kamipun di sambut dengan welcome drink.
Setelah maghrib, kamipun pulang ke kosan masing-masing dengan hasil yang memuaskan.
KESIMPULAN

Ketenaran sariater membuat kurangnya perhatian di piranti-piranti kecilnya seperti pelayanan ke konsumen, sedangkan imah seniman tidak terlalu axis sehingga ia berusaha semaksimal mungkin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar